Monday, 22 October 2007

Kunci Kost-an kuw ????

wuuuaaah  hari ini kunci kosta-an kuw ngga ada lagi tapi bukan seperti tragedi Ciwidey yang ketinggalan lalu dibawa temen ini mah ke kunci nya kekunci di ruangan IT... hiks hiks sampe harus berlari lari nyari orang yang megang kunci.. pas di telepon.. hah udah pulang???? cilaka deh alamat bakal tidur di terazzz lagi hiks hiks hiks
ngga mau sayah tidur diterazz lagi kemaren aza langsungs sakit jadi aku paksa tuh orang buat pulang lagi hehe... akhirnya dia mau juga walaupun dengan keterpaksaan :D sorry ya bang... daku ngga mau tidur di teraz lagi :D

hu hu hu padahal tadi baru di bahas tuh kejadian kunci ciwidey nyah...

 

Tuesday, 16 October 2007

Radio OnLine - Update

beberapa link streaming radio dakwah mudah2an bermanfaat........

kan bisa sambil dengerin tuh kalo lagi ngenet.. Biar ngga bosen atau lagi kangen hehe

http://www.dakta.com/dakta/radio.php (DAKTA FM - Indonesia)
http://myquran.org:8000/listen.pls (MyQuran -Indonesia)
http://radio.albarokah.or.id:8000/listen.pls (MQFM-Indonesia/IIX)
http://mqfm.broadbandsimaya.com:8300/listen.pls (MQFM-Indonesia)
http://rodja.sytes.net:8000/listen.pls (Rodja - Indonesia)
http://radio.albarokah.or.id/listen.pls (Indonesia/IIX)
http://www.radiotarbiyah.net/listen.pls (Tarbiyah - Jepang)
http://radio1.imsa.us:16000/listen.pls  (Imsa - USA)
http://radio2.imsa.us:8000/listen.pls   (Imsa - USA)
http://play.qommunityradio.de:8100/listen.pls (Qommunity - Jerman)
http://208.66.74.98:9082/listen.pls ( Radio Ilmu - )

Thursday, 11 October 2007

Kekuatan Cinta

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta.


Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis.
Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan “Siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita”. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan peradaban. Namun apa sesungguhnya cinta itu ?
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.


Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur …
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan,
buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ?
Cinta memiliki banyak penyataan melampaui pembicaraan. . .


Oleh sebab itu, disini kita tidak akan mendefinisikan cinta karena khawatir mereduksi kedalamannya. Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita. Disini, kita akan mencoba mencermati unsur-unsur yang selalu ada dalam cinta.


Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu :

1. Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya. Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang Allah ridhai dan yang dimurkai-Nya.
2. Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab akan kemajuan perusahaannya. Orang yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.
3. Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki. Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.
4. Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.

Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna. Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu nabi Saw pernah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sensiri”. “ Cintai oleh mu mahluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu”. (HR. Muslim)
Supremasi kebahagiaan tertinggi, kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan penuh loyalitas dan selalu merasa dincintai-Nya. Inginkah hidup kita bermakna ? Let Love be Your Energy ! Selamat bercinta !
 

Ust. Aam Amiruddin
Sumber:
http://www.percikan-iman.com

Renungan Akhir Ramadhan

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

Allah –subahanahu wa ta’ala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepadaNya dalam firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminuun: 57-61).

Ibunda ‘Aisyah –radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tentang ayat ini, aku berkata: Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri? Beliau –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam menjawab: “Tidak, wahai puteri Ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah –subahanahu wa ta’ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Para salafush shaleh bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dan menyempurnakan amal mereka kemudian setelah itu mereka memperhatikan dikabulkannya amal tersebut oleh Allah –subahanahu wa ta’ala dan takut daripada ditolaknya.

Sahabat Ali –radhiallahu ‘anhu berkata: “Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amal daripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27).

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid –rahimahullah berkata: Sekiranya aku mengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya, karena Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27).

Berkata Malik bin Dinar –rahimahullah: Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebih berat dari amal itu sendiri.

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad –rahimahullah: Aku menjumpai mereka (salafush shaleh) bersungguh-sungguh dalam beramal, apabila telah mengerjakannya mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukah tidak?

Berkata sebagian salaf –rahimahumullah: Mereka (para salafush shaleh) berdoa kepada Allah–subahanahu wa ta’ala selama enam bulan agar dipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah –subahanahu wa ta’ala selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan.

Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah keluar pada hari raya Iedul Fitri dan berkata dalam khutbahnya: Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah –subahanahu wa ta’ala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selama tiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah –subahanahu wa ta’ala agar dikabulkan amalmu.

Sebagian salaf tampak bersedih ketika hari raya Iedul Fitri, lalu dikatakan kepadanya: Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan. Dia menjawab: Kamu benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramal karenaNya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?.

Bagaimana Agar Amal Dikabulkan?

Allah –subahanahu wa ta’ala tidak akan menerima suatu amalan kecuali ada padanya dua syarat, yaitu: Ikhlas karena Allah –subahanahu wa ta’ala semata dan mutaba’atus sunnah atau mengikuti sunnah Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam.

Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110)

Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman “(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Al-Fudhail bin ‘Iyad –rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut dengan yang lebih baik amalnya adalah yang ikhlas karena Allah –subahanahu wa ta’ala semata dan mengikuti sunnah Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam.

Ikhlas Dalam Beramal

Ikhlas adalah mendekatkan diri kepada Allah –subahanahu wa ta’ala dengan melakukan ketaatan dan membersihkan niat dan hati dari segala yang mengotorinya. Ikhlas adalah beramal karena Allah –subahanahu wa ta’ala semata dan membersihkan hati dan niat dari yang selain Allah –subahanahu wa ta’ala.

Ikhlas adalah amalan yang berat karena hawa nafsu tidak mendapatkan bagian sedikitpun, namun kita harus selalu melatih diri kita sehingga menjadi mudah dan terbiasa untuk ikhlas.

Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang ikhlas dan hanya mengharapkan wajahNya.” (HR. An-Nasa’i dengan sanad hasan).

Seorang hamba tidak akan bisa selamat dari godaan syaitan kecuali orang-orang yang ikhlas saja, sebagaima firman Allah –subahanahu wa ta’ala yang mengkisahkan tentang iblis: “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad: 82-83).

Orang yang ikhlas adalah orang yang beramal karena Allah –subahanahu wa ta’ala semata dan mengharapkan kebahagiaan abadi di kampung akhirat, hatinya bersih dari niat-niat lain yang mengotorinya.

Berkata Ya’kub -rahimahullah: “Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.”

Orang yang tidak ikhlas adalah orang yang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia seperti, ingin mendapatkan harta, kedudukan, jabatan, pangkat, kehormatan, pujian, riya’ dll.

Orang yang tidak ikhlas adalah orang yang rugi karena hari kiamat kelak mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalan mereka selama di dunia, bahkan Allah –subahanahu wa ta’ala murka kepada mereka dan memberikan hukuman yang setimpal, “Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya.” (QS. Az-Zumar: 48) . “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqaan:23)

Beramal Sesuai Sunnah / Mutaba’atus Sunnah

Mutaba’atus Sunnah adalah melakukan amalan yang sesuai sunnah Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam karena setiap amalan ibadah yang tidak dicontohkan Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam pasti ditolak dan tidak diterima oleh Allah –subahanahu wa ta’ala. Jadi semua ibadah yang kita kerjakan harus ada contoh, ajaran dan perintah dari Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan kita dilarang melakukan suatu amal ibadah yang tidak ada contoh, ajaran dan perintah dari Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam.

Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada ajarannya dari kami maka amalnya tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda pula: “Barangsiapa mengadakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada ajarannya maka dia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berkata Ibnu Rajab –rahimahullah: “Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Islam dan merupakan parameter amal perbuatan yang lahir (terlihat), sebagaimana hadis “Innamal a’maalu binniyyaat…” (Hadis tentang niat), adalah merupakan parameter amal perbuatan yang batin (tidak terlihat). Sebagaimana seluruh amal perbuatan yang tidak dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah –subahanahu wa ta’ala maka pelakunya tidak mendapatkan pahala, maka demikian pula halnya segala amal perbuatan yang tidak atas dasar perintah Allah –subahanahu wa ta’ala dan RasulNya –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam juga tertolak dari pelakunya. Siapa saja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah –subahanahu wa ta’ala dan RasulNya –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, maka bukanlah termasuk perkara agama sedikitpun.”

Beliau berkata pula: “Makna hadis (diatas adalah): bahwa barangsiapa amal perbuatannya keluar dari syari’at dan tidak terikat dengannya, maka tertolak.”

Berkata Ibnu Daqiq Al-‘Ied –rahimahullah: “Hadis ini adalah salah satu kaidah agung dari kaidah-kaidah agama dan ia merupakan jawami’ul kalim (kata-kata yang singkat namun padat) yang diberikan kepada Al-Musthafa –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, karena sesungguhnya ia (hadis ini) dengan jelas merupakan penolakan semua bid’ah dan segala yang dibuat-buat (dalam perkara agama).”

Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Katakanlah –wahai Rasulullah-: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran: 31).

Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7).

Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzaab: 36)

Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda: “Hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama, karena semua perkara baru (bid’ah) dalan agama adalah tersesat.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dll).

Semoga Allah Ta’ala selalu menerima semua amal ibadah kita dan tidak ada satupan daripadanya yang tertolak, Allahumma Aamien…

 
sumber tulisan: www.hatibening.com

Wednesday, 3 October 2007

Cimenyan - Sebuah Renungan dan Harapan

Hummmm.... sebuah perjuangan untuk sampai di daerah yang bernama Cimenyan...
nama nya yang unik begitu juga dengan masyarakatnya hehe...

tidak banyak yang bisa saya gambarkan tentang desa ini yang berada di sebalah utara kota bandung ya.. sekitar 30 menitan kalo naek motor, itu juga dengan kondisi jalan yang menanjak dan banyak tikungan tak ayal banyak korban yang berjatuhan begitu juga dengan rombongan KSP... hummmm subhanallah

Renungan...!!! itulah sebuah kata yang saya dapat dari perjalanan ini, karena di sini saya lebih banyak belajar tentang arti sebuah kehidupan... wuuuhhh.... yah walaupun tidak terlalu jauh dari kota, desa ini menimbun banyak cerita..

susah air.....!!! hehe ini mah rasanya sayah pernah alami di kampung kelahiran, dengan sebuah sungai yang dipakai oleh masyarakat umum letaknya juga mesti turun bukit..

Masjid.......!!! masjid pun tak terlihat tapi alhamdulillah sekarang lagi ada pembangunan masjid... mudah2an dengan di bangunnya masjid bisa menjadi titik awal kebangkitan islam dan menjadi pusat pengembangan islam khususnya di daerah tsb. 
Rata2 masyarakat di sini memang masih tertinggal termasuk tentang aqidah maka tak heran daerah tersebut kini menjadi sasaran para misionaris... kristenisasi merajalela  dengan memanfaatkan kemiskinan dan pengetahuan keagamaan masyarakat setempat yang masih tergolong awam. 

Subhanallah... walaupun begitu saat qta mengadakan bakti sosial, masyarakat setempat sangat antusias sekali bahkan saya bisa merasakan perasaan kebahagian ibu2 yang hadir.... ya.. sebuah senyuman dan kebahagian.

sayah banyak belajar dari mereka yang dengan keterbatasan mereka ternyata lebih semangat dan antusias untuk mengenal islam, sedangkan sayah sendiri begitu banyak kesempatan untuk menimba ilmu dan mengenal Allah sebagai Zat Yang Maha Agung atas segala penciptaan nya begitu lalai dan seakan berpoya poya dengan kehidupan dunia, terlena dengan segala nikmat dunia...  Ya Allah Ya Rabb... Ampunilah hambamu yang hina ini.